Halaman

Rabu, 18 Februari 2009

Pesan Bumi Pada Hari Bumi

Sebenarnya gue sedang blogwalking sekalian mencari tahu mengenai hari bumi, maklum gue sekretaris pokja pertanian dan pertamanan, namun gue menemukan sesuatu yang bagus, silahkan dibaca:

Andaikan bukan lima milyar manusia menghuni bumi, melainkan
lima milyar harimau; tidak ada jarak seratus meter pun di Pulau Jawa tanpa anda bertemu seekor harimau. Apa anda tidak akan mengalami trauma/frustrasi dihantui begitu banyak harimau?

Bagi umat bumi yang beruntung tidak dibudidayakan, melihat manusia ibarat melihat harimau yang lebih harimau daripada harimau yang sebenarnya; karena “manusia harimau” ini tidak puas memakan daging saja, melainkan juga hasil tumbuh-tumbuhan, ya buah, daun, bunga, kayu bahkan juga bahan bakar, logam, plastik, semen, beton dan lain-lain lagi.

Bayangkan, untuk memenuhi kebutuhan lima milyar “manusia harimau” itu, betapa banyak makhluk bumi harus dibudidayakan (baca: dicalon-korbankan), diburu, ditembak, dijerat, dijaring, dipancing, dibabat, digergaji,…. Perut bumi pun dibor dan diledakkan. Dan pengotorannya tidak tanggung-tanggung mencemari tanah, sungai, laut, udara bahkan menyebabkan hujan asam, merusak lapisan
ozon di atmosfer dan meningkatkan suhu bumi.

Jika dibiarkan, dalam tahun 2025 menurut ramalan, umat manusia akan mencapai jumlah 8,5 milyar. Naik sekitar 3,5 milyar dalam 35 tahun menuju malapeta­ka dimana bumi berikut umat insan akan meratap dan berkabung.

Sebaliknya, andaikan bukan kenaikan melainkan penurunan 3,5 milyar jumlah penduduk itu bisa diwujudkan, bumi dan umat insan akan berseri. Begitulah pesan bumi.

Sadar akan “menghamanya” umat manusia, di Indonesia, terutama di kota-kota besar yang padat penduduk, pasangan-pasangan subur sibuk ber-KB untuk menurunkan jumlah populasi sampai serendah-rendahnya. Memang lebih baik, daripada menurunkannya melalui peperangan atau membiarkan orang-orang mati konyol melalui kelaparan atau penyakit. “Satu anak saja demi masa depan tanpa polusi, tanpa kemacetan lalu-lintas, tanpa pengangguran, tanpa kemiskinan, tanpa harus hidup berhimpit dalam kampung kumuh/rumah susun, tanpa transmigrasi, tanpa penggusuran, tanpa cemas kehamilan, tanpa pengguguran,…”

Begitulah semboyan mereka. Semoga menjadi kenyataan.

Kompas, 29 April 1990.


Yah... semoga saja ini bisa menjadi renungan kita untuk membuat bumi ini lebih baik. Jujur, gue mulai merasa resah dengan bahaya yang menghadang kita kalau kita nggak tanggulangi dari sekarang. Proker pokja gue salah satu adalah adopsi pohon, ini yang membuat gue blogwalking hari ini.

Gue sangat berharap sekali proker itu bakalan berjalan, tapi gue pesimis, gue takut, untuk menjalankannya. Entah kenapa. apakah alasannya masuk akal? gue juga nggak tahu. KKR sekarang sedang mempersiapkan proker besar bersama. Melihat betapa ribet dan ribet (sama ajah ya?) nya persiapannya, gue jadi pesimis.

Alasannya, KKR sajah yang punya anggota kalau semuanya digabungin ada banyak, masih keribetan untuk membuat acara ini, apalagi nanti kalau pokja gue mau buat acara adopsi pohon di hari bumi? (FYI: Hari Bumi: 22 April)

Kami hanya berenam. Gue dan ketua gue masih awam di bidang ini. Dua teman gue yang sudah berpengalaman dibidang ini tahun lalu tidak dapat terlalu aktif mengingat banyaknya tugas mereka, dan dua orang lagi adalah anak kelas X, junior gue, yang sama aja sama gue dan ketua gue, awam.

Gyaaaa.... gue bingung, resah, gelisah, pesimis, takut, dan lain-lain. gue tahu seharusnya gue nggak merasa seperti ini, tapi gue nggak bisa menemukan hal yang dapat membuat gue tenang. Ada yang bisa membantu?

1 komentar:

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com